Alhamdulillah sudah 1 tahun kami menempati rumah kami sendiri. Rumah yang dibeli dan diisi dengan perjuangan dan keringat. Menikmati rumah yang dibeli dari keringat sendiri itu rasanya menyenangkan dan membuat kami lebih sering bersyukur. Yaa kalau dibandingin sama mereka yang bisa dapet rumah luas, besar, di tengah kota dan dikasih dari orang tua tanpa harus bersusah payah memang bisa bikin iri. Tiap orang masing-masing punya skenario dari Alloh dan juga porsi rezekinya kan? Ga perlu banding-menbandingkan. Bisa-bisa ga bersyukur, yang ada mengeluh terus. nerd

Proses kami untuk memiliki rumah sendiri ini bisa dibilang cukup lama nunggunya hampir satu tahun setelah booking dari tahun 2012 hingga tahun 2013. Kenapa lama? Karena pada saat booking rumahnya belum jadi alias masih dibangun dan surat-suratnya belum lengkap. 

Setelah kami menikah, tentu impian semua pasangan adalah memiliki rumah sendiri yaa termasuk kami. Ada yang memang sudah disediakan oleh orang tua atau mertua jadi begitu setelah menikah langsung punya rumah sendiri, ada yang sebelum menikah sudah bisa beli rumah sendiri, ada yang menyicil lewat KPR, ada yang ngontrak atau tinggal di apartemen dan ada juga yang tinggal bersama dengan orang tua atau mertua. Semuanya pilihan dan tergantung rezekinya masing-masing yaaa. Ga perlu nyinyir dan banding membandingkan.

Awalnya kami ingin ngontrak rumah cuman pas nanya sama sodara yang rumahnya mau dikontrakkan harganya IDR 30mio per tahun dan harus selama 2 tahun jadi kami kalo mau ngontrak di sana harus siap dana IDR 60mio ( setelah itung-itung kayaknya budget IDR 60mio mending ditabung buat dijadiin DP beli rumah ), kemahalan kalau buat ngontrak lagian kami berniat pengen beli rumah sendiri. Ada juga sodara yang rumahnya kosong tapi jauh di daerah Cimahi. Padahal saya sukaaa sama rumahnya, nyaman dan luas. Bingung juga. Mau ngkost tapi belum nemu yang sreg. Asalnya mau nempatin rumah Mama Papa -rumah yang lainnya- yang saat itu masih dikontrakkan, tapi ko kayak jadi menghambat rezekinya Mama Papa yaaa. Akhirnyaa yaa tinggal di rumah Mama Papa sambil hunting beli rumah sendiri. Selama kami tinggal dengan orang tua ituu enaaknya yaa ngga perlu mikirin tetek bengek rumah tangga yaa, happy joy-joy deh judulnya. Setelah menikah tentunya pengen dong punya rumah sendiri, biar bisa mandiri dan juga tidak merepotkan orang tua.

Survey mencari rumah pun mulai kami lakukan tentunya memilih yang sesuai budget ( sesuai kemampuan financial kami ), memilih yang lingkungannya nyaman dan tidak terlalu jauh dari pusat kota ( idealis dan banyak maunya yaa )... well, cukup lumayan lama proses surveynya. Dari Bandung ujung Barat, Utara, Selatan dan ke ujung Timur.  Mana harga rumah mahal-mahal pulak dan banyaknya perumahan itu jauuhh dari pusat kota. Setelah survey tiap wiken akhirnya kami sepakat untuk membeli rumah di perumahan yang lokasinya tidak begitu jauh dari pusat kota (kira-kira 30 menit untuk mencapai kantor suami kalo naik motor), lokasi masih kotamadya Bandung tapi seringnya jadwal macet tiap jam pergi dan pulang kantor hehehe. Ga apa-apalah yang penting perginya pagi-pagi dari rumah dan pulangnya lewat Magrib. 


Dulu saya naksir rumah ini pas jaman sebelum menikah  ( sumber: google )

Desain teralis hasil googling

idenya nyontek dari sini ( sumber: google )

Setelah menunggu hampir satu tahun akhirnya proses akad jual beli rumah, pe-er kami selanjutnya adalah mengisi rumah. Oh iyaa, persiapan dana saat membeli rumah adalah menyediakan dana tambahan buat bayar notaris, pajak dan lain sebagainya plus tentu saja budget buat ngisi rumahnya. Well, itu pun menguras-ras tabungan cukup banyak. ( Budget liburan ke Paris, yuu dadah yuu byeee. Pending dulu deh traveling jauh yang penting punya Rumah Sendiri dulu!!! ). :blush2:

Beres akad jual beli rumah pengennya buru-buru pindahan yaa, niatnya sebelum Hari Idul Fitri tahun lalu kami sudah pindah. Tapi takdir berkata lain apalagi ga berapa lama dari akad jual beli rumah, saya hamil dan keguguran. Jadiii pindahan rumah ditunggu sampai saya fit dulu pasca operasi kuret. Pertama kali pindahan yang dibawa dari rumah Mama Papa itu adalah kasur kecil, TV dan kipas angin. Liat rumah dalam keadaan kosong itu gimana yaaa, gatel pengen buru-buru ada isinya. Dan barang yang pertama dibeli adalah meja makan idaman yang saya incer di Informa. Kalau untuk peralatan dapur dan rumah tangga kayak kompor gas, magic com, blender, setrikaan, dll itu kebetulan pas nikahan banyak yang ngasi kado jadi kami ngga perlu mengeluarkan dana lagi. Perintilan piring-piring, mangkok, sendok, garpu dll. Kami kebetulan udah nyicil dari sejak tinggal di rumah Mama Papa dan disimpen di dalam kardus-kardus.

Sedikit demi sedikit rumah mulai kami isi. Mulai dari kulkas, dispenser, sofa, kasur, lemari apalagi yaaa?? (Banyak pe-ernya !!) Pasang kanopi juga soalnya rumahnya cuman ada carport, kasian mobil kalo kepanasan atau kehujanan. Tapi yang paling utama itu adalah gorden dan vitrase. Saya bolak-balik aja dong pas jam istirahat ( waktu itu masih kerja di salah satu bank swasta di kawasan Jl. Sudirman ) ke Alkateri buat survey gorden dan vitrage, pilih yang harganya murah tapi motifnya bagus. Untung deket sama kantor. Kalau capek jalan kaki buat survey, balik ke kantor naik becak. Perjuangan deh buat dapetin gorden dan vitrage yang sesuai keinginan dan harganya ga mahal. Mengisi rumah itu menguras tabungan banget-banget apalagi pas awal-awal pindahan rumah, ditambah saya sukaaa banget pernak-pernik vintage dan shabbychic, belanja terus sampe keblinger liat yang lucu-lucu. Saya dan suami juga jadinya punya hobi baru yaitu hunting furniture dan pernak-pernik isi rumah. Suka lapar mata kalau liat online shop atau jalan-jalan ke Informa dan Ace Hardware.

Lemari buku yang berfungsi sebagai sekat dan lemari hias

Alhamdulillah sekarang perabotan dan isi rumah udah mulai lengkap. Ga terasa 1 tahun sudah berlalu. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Semoga setelah punya 1 rumah, nanti bisa beli rumah-rumah lagi untuk investasi masa depan. Amiin. :pray:








0 Komentar